Planning, Packing, Going!

Berburu Keindahan Pantai Selatan Jawa – Ujung Genteng

Posted on Posted in CeritaTagged

Mendengar namanya saja sudah terbesit dalam pikiran kalau tempat ini jauh di ujung kabupaten suka bumi. Pantai Ujung Genteng, Salah satu deretan pantai selatan jawa yang terkenal akan ombaknya yang besar. Selain menyajikan keindahan bibir pantai, ada hal lain yang menarik lagi di pantai ujung genteng. Ya,,,penangkaran penyu juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Setiap hari ada ritual pelepasan anak penyu ( tukik ) dari penangkaran tersebut. Saat pelepasan penyu itulah yang sangat di tunggu tunggu para pengunjung pantai untuk ikut serta dalam pelepasan hewan yang dilindungi dari kepunahan. Ada dari kelompok pecinta penyu maupun dari wisatawan umum.

Ujung Genteng
Ujung Genteng

Sebagai pecinta pantai ingin sekali menjelajahi semua pantai yang ada di pulau jawa ini, terutama pantai selatan jawa yang lebih menyajikan pemandangan yang menakjubkan dibandingkan dengan pantai utara jawa. Sambil melihat lihat kalender, berharap ada long weekend atau hari kejepit nasional. akhirnya dapatlah waktu yang tepat untuk mengunjungi pantai ujung genteng. Dengan kemampuan persuasif seadanya, terkumpul-lah 8 orang yang setuju untuk melakukan trip ke ujung genteng. Trip??? bukan, ini bukan trip dengan dimanjakan fasilitas dari travel agent. Ini trip ala kita sendiri, lebih tepatnya disebut touring. Betul.. touring, menempuh jarak sekitar 204 Km. Kita mengambil jalur melalui pelabuhan ratu. Delapan orang dengan menggunakan 6 sepeda motor, kami start dari kantor di daerah semanggi jakarta selatan bergerak menuju bogor menemui beberapa teman yang memang sengaja menuju kesana. Dari bogor kira kira pukul 10 pagi kami start melanjutkan perjalanan. Untuk menuju pantai ujung genteng sendiri ada dua jalur yang bisa dilewati. Bisa lewat sukabumi kota ataupun melewati pelabuhan ratu. Untuk touring kali ini kami sepakat untuk mengambil jalur pelabuhan ratu. Dari bogor kita mulai bergerak ke arah sukabumi melewati jalur satu satunya yang menghubungkan bogor sukabumi. Sebelum sampai ke sukabumi kota kita mengambil jalur melewati pertigaan cikidang. Kami mengambil kanan ke jalan cikidang tersebut. Karena itu jalur terdekat menuju pelabuhan ratu.

Cikidang
Cikidang

Melewati jalur cikidang terserbut ada dua konsekuensi yang harus kita ketahui dahulu sebelum memutuskan untuk melewati jalan tersebut. Pertama yang harus benar benar disiapkan adalah kondisi kendaraan yang benar benar harus prima. Jalan naik turun yang hampir 75 derajat yang akan ditempuh jika melewati jalur ini, Kedua, selain kondisi kendaraan yang harus prima, konsentrasi pengendara juga harus penuh. Kondisi track yang naik turun dan berbatasan dengan jurang di kanan kiri yang menuntuk konsentrasi penuh di jalur ini. Tetapi ada alasan tersendiri mengapa kita memilih jalur ini untuk menuju pelabuhan ratu sebelum menuju pantai ujung genteng. Pemandangan yang memanjakan mata adalah alasan terbesar kami menggunakan jalur ini. Melewati daerah perbukitan, kebon kelapa sawit, kebon sayuran dengan udara yang tentunya masih sangat bersih jika dibandingkan dengan kondisi udara di jakarta. Sekitar pukul 12.00 rombongan kami sampai di cikidang. Kita putuskan untuk istirahat sejenak untuk melemaskan otot otot tangan dan sekedar menikmati pemandangan di desa cikidang sambil menenggak es kelapa muda yang akan banyak kita temui di sepanjang jalan cikidang tersebut.

Rasa cape disepanjang perjalanan hilang seketika ketika kita melihat mahakarya ciptaanNYA. Setelah seminggu full menjalani aktifitas yang melelahkan di ibukota memang ada kalanya kita perlu untuk berlibur, menikmati keindahan ciptaanNYA agar senantiasa kita selalu bersyukur kepadaNYA. Tak  berlama lama istirahat kami melanjutkan perjalanan karena memang jarak yang kami tempuh masih jauh. Sekitar pukul 13.30 kami sampai di pelabuhan ratu. Istirahat sebentar untuk ISOMA di pelabuhan ratu. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju tujuan kami yaitu pantai ujung genteng. Dari pelabuhan ratu kami masih harus menempuh perjalanan sekitar 3,5 –  4 jam untuk sampai ke ujung genteng. Dengan semangat yang masih membara kami bergegas memutar gas sepeda motor kami agar cepat sampai ke tujuan. Tak lain dan tak bukan tujuaannya agar kita masih bisa menikmati sunset di pantai ujung genteng. Sekitar pukul 18.00 kami sampai di tujuan akhir kami, sunset sudah tidak terkejar lagi oleh kami. Tapi tak apalah, kami masih mempunya 2 malam dipantai ini. Sedikit narsis bersama, sekedar mengabadikan gambar jika kami sudah menginjakkan kaki di pantai ujung genteng yang menjadi tujuan kami jauh jauh dari ibukota.

Karena hari sudah mulai gelap, kita beranjak untuk mencari penginapan untuk sekedar melepas lelah dan mempesiapkan untuk berburu sunrise keesokan harinya. Ujung genteng merupakan pantai yang mempunyai bibir pantai yang panjang. Kita bisa menikmati sunrise sekaligus sunsite di pantai tersebut. Salah satu daya tarik pantai ujung genteng untuk wisatawan wisatawan. Sebelum kita berangkat ke pantai tersebut kita sudah memesan penginapan untuk kita bermalam disana. Penginapan yang tidak terlalu mahal dan kondisi penginapan yang bisa dikatakan bagus. Kita hanya membayar 250ribu per malam untuk satu penginapan dengan bentuk rumah yang mempunyai 2 kamar dan disediakan 4 kasur. Cukup untuk kita ber8 walau harus menyewa extra bed seharga 25rb permalam. Harga yang bisa dikatakan murah untuk penginapan didaerah wisata.

Ujung Genteng
Ujung Genteng

Untuk masalah makan disana juga tidak mahal. Kalau malam kita bisa pergi ke tempat pelangan ikan yang berada di ujung timur pantai. Disana kita bisa memilih ikan segar, cumi, udang sesuai selera kita. untuk harga berkisan dari 30-60 ribu per kilo tergantung kemampuan kita menawar. Beli ikan 2 kilo saja sudah cukup untuk makan 8 orang. Untuk memasak ikan terserbut disana banyak warung warung yang menerima jasa pembakaran atau menggoreng ikan sekaligus menyediakan nasi dan sambel kecap untuk pelengkap makan. Total sekali makan ikan tersebut sekitar 20rb untuk satu orang dengan menu ikan bakar atau goreng, nasi yang bisa refill dan segelas teh tawar hangat. harga yang bisa dikatakan murah.

Setelah beristirahat semalam, keesokan harinya kita bergegas mencari sarapan, eh salah, berburu sunrise di ujung timur pantai ujung genteng. Tapi sayang cuaca pagi itu agak kurang mendukung, langit tertutup mendung putih yang menghalangi cahaya sunrise yang sebenarnya sudah kita tunggu sejak pukul 05.00. Walau begitu pemandagan yang indah tetap disajikan oleh bibir pantai pagi itu. Pemandangan yang tidak pernah kita bisa nikmati selama di ibukota yang begitu kental dengan pemandangan macetnya jalanan setiap hari.

Siang harinya kita menyusuri bibir pantai dari ujung timur ke ujung barat. Memang bibir pantai yang panjang, akan terasa sangat jauh apabila kita menyusuri bibir pantai tersebut dengan hanya berjalan kaki. Dan akan sangat kesulitan juga apabila kita menggunakan mobil. Memang paling pas adalah menggunakan sepeda motor sehingga kita lebih fleksibel untuk menyusurinya. Di ujung barat pantai kita kembali lagi terkagum akan keindahan pantai. Private beach, ya…bisa dikatakan begitu karena hanya kita ber 8 saat itu yang ada di pantai tersebut. Dengap hamparan pasir putih yang sangat luas serasa kita sedang berada di gurun pasir karena saking luasnya hamparan pasir putih tersebut. Ditambah lagi adanya muara sungai yang menambah cantik pemandangan disana. Ombak pantai yang besar juga memanjakan mata sekaligus telinga yang mendengar deburan suara ombak.

Ritual mandi di pantai pun tidak kami lewatkan, walaupun sebenarnya penduduk sekitar tidak menganjurkan untuk mandi di pantai ini. Ya dikarenakan ombaknya yang sebenarnya kurang bersahabat untuk mandi. Dengan sedikit nekad dan hati hati kami tetap mandi di salah satu bagian bibir pantai yang kami rasa aman untuk sekedar bermain air dan bermain ombak.

Sore hari tepat jam 17.00 kami ber 8 sudah standby di tempat penangkaran penyu. Karena di jam jam seperti ini akan ada pelepasan anak penyu ke lautan. Sudah banyak wisatawan lain baik lokal maupun asing yang juga sudah berkumpul di penangkaran penyu tersebut. Ratusan ekor penyu dilepas setiap hari disini. Sungguh sangat lucu melihat anak penyu yang baru berumur satu hari, masih sangat lemah dan rentan akan kematian. Menurut pengurus dari penangkaran penyu, walaupun ada ratusan anak penyu  yang dilepas setiap harinya. Hanya satu atau dua ekor saja dari anak penyu tersebut yang akan bertahan hidup atau bahkan tidak ada sama sekali yang bisa bertahan. Mereka masih sangat lemah untuk bertahan hidup di laut lepah, bahkan sebelum mereka menyentuh air laut pun sudah ada yang mati karena cahaya lampu flash dari wisatawan yang selalu berebut untuk mengambil gambar ciptaanNYA yang amat lucu dan lemah itu. Untuk masuk dan mengikuti pelepasan penyu tersebut setiap wisatawan dipungut biaya minimal 5ribu rupiah untuk biaya operasional disana. Jika kita ingin membayar lebih ya tidak masalah. Selain menyaksikan pelepasan penyu kita juga bisa menyaksikan sunset di sana. Sungguh pantai yang lengkap, menyajikan begitu banyak tempat untuk menikmati keagungan ciptaanNYA.

Selesai pelepasan penyu, hari mulai gelap bergegaslah kami menuju penginapan. Mengingat keesokan harinya kita akan kembali ke ibukota kita putuskan untuk beristirahat malam itu. Tak ada kegiatan dimalam itu, hanya sekedar main kartu domino untuk menunggu kantuk datang.

Pagi menjelang, setelah sarapan nasi uduk yang kebetulan ada penjual nasi uduk keliling yang melewati penginapan kami. Kami bergegas untuk pulang ke ibukota. Tetapi saya teringat kalau ada satu lagi tempat yang bagus yang wajib di kunjungi selain pantai ini. Curug Cikaso, kebetulan untuk sampai ke curug tersebut jalannya searah dengan jalan kita pulang. Tak perlu pikir panjang, mumpung kami juga sudah jauh jauh sampai sini, kami akan pergi ke curug cikaso tersebut. Curug cikaso terkenal akan keindahannya dengan 3 buah air terjunnya yang sangat deras yang berada saling berjejer rapi kiri ke kanan. Ketika kita mencari referensi di internet memang curug cikaso sangat bagus dan memang wajib untuk di kunjungi. Satu jam dari pantai ujung genteng kami serombongan sampailah di desa tempat curug cikaso tersebut berada. Untuk sampai ke curug tersebut kita harus menyusuri sungai terlebih dahulu. Kita bisa menyusuri dengan jalan kaki atau naik kapal untuk mencapai lokasi curug. Dengan biaya 10rb per orang kami putuskan untuk naik kapal sambil menikmati menyusuri sungai dengan kapal kecil. Tapi sayang kali itu kita tidak beruntung, karena sudah beberapa bulan tidak ada hujan di daerah sana. Curug pun kering, hanya ada tebing dengan ukiran khas jalur air. Dan memang ada 3 jalur air yang terukir di tebing tersebut. Sungguh indahnya apabila saat itu air mengalir dengan derasnya. Tapi apaboleh buat, saat itu benar benar sedang kering, hanya ada air yang sangat kecil seperti air dari selang mesin air. Tapi pemandangan bebatuan disana tatap membuat kami kagum. Benar benar ciptaanNYA sangat menakjubkan. Ucap syukur selalu ada dalam hati karena kami masih bisa menikmati semua keindahan ciptaanNYA secara langsung.

Curug Cikaso

Terimakasih Ya ALLAH,  Engkau menciptakan alam seisinya dengan penuh keseimbangan dan keselarasan.

Alhamdulillahirobbil’aalamiin ………..

Tamat.

Cerita Oleh:

Wahyu
SHARE THIS ARTICLE
Pin on PinterestShare on FacebookShare on Google+Tweet about this on TwitterShare on LinkedInShare on TumblrShare on StumbleUpon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *